TIMES SURABAYA, PROBOLINGGO – Warga terdampak banjir luapan Kali Dringu, di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, masih hidup dalam kekhawatiran. Lantaran tanggul yang jebol belum diperbaiki secara permanen.
Sejumlah warga memilih tetap tinggal, sedangkan beberapa lainnya mengungsi.
Fifin, salah satu warga Dusun Krajan Bandaran, Desa/Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo menyebut, dirinya sengaja bertahan di rumah. Walau dengan rasa was-was dan khawatir.
Fifin menyiapkan tanggul penahan air di depan rumahnya. (FOTO: Happy/TIMES Indonesia)
Untuk mengantisipasi banjir susulan, warga sekitar melengkapi rumah mereka dengan karung pasir. Maupun slob seperti dam dengan triplek di depan rumah maupun jendela. Sela-sela slob itu, diberi lilin atau plastisine.
“Saya sendiri tidak berani membuka slob ini, karena khawatir banjir susulan datang. Tanggulnya kan belum diperbaiki permanen,” katanya, Kamis (4/3/2021), ditemui di depan rumahnya.
Pasca banjir, banyak tetangga sekitar rumah Fifin yang memilih mengungsi. Lantaran rumah sudah tidak bisa ditempati. Karena banyaknya perabot yang rusak, atau material banjir yang masih menumpuk.
Dirinya dan warga lainnya berharap, pemerintah segera membenahi tanggul yang rusak secara permanen. Serta memperkuat tanggul-tanggul lain yang berada di sepanjang Kali Dringu.
Tanggul bekas jebol pada 2019 silam pun, saat ini kondisinya sudah mulai retak. “Kami khawatir itu jebol juga jika air datang,” imbuh wanita 39 tahun ini.
Hingga saat ini, relawan maupun pemerintah masih membantu pemulihan pasca banjir. Yang menerjang kawasan tersebut selama dua malam berturut-turut. Alat berat berupa bekhoe dikerahkan untuk mengangkat material pasir di jalan perkampungan.
Tanggul yang jebol di sisi selatan rumah Fifin pun, diperbaiki ala kadarnya. Kebetulan ada tokoh masyarakat yang menyumbang sejumlah besek bambu. Juga mengerahkan satu alat berat loader mini. Untuk meratakan wilayah tanggul yang tergerus dan menutupnya dengan tanah serta karung pasir.
Beda cerita dengan Nenek Siya. Wanita 65 tahun itu memilih mengungsi dari rumahnya. Saat banjir menerjang pertama kali, tidak ada barang yang bisa diselamatkan. Air dengan cepat menerjang barang dalam rumahnya.
“Terpaksa mengungsi karena sudah tidak bisa ditempati lagi. Ada dermawan yang membantu saya, diberi tempat kost satu bulan saja,” ujar Nenek Siya.
Usai banjir surut, Nenek Siya tetap kembali ke rumahnya. Membersihkan secara bertahap rumah yang diterjang banjir. Untuk makan, dirinya mengandalkan pemberian dari dermawan maupun Tagana.
Jarak antara rumahnya dengan tanggul yang jebol, hanya sekitar 50 meter saja. “Karena itu selama tanggul belum diperbaiki secara permanen, kami masih merasa khawatir, kalau-kalau banjir tiba-tiba datang seperti kemarin,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala UPT Pengelola Sumber Daya Air Wilayah Sungai (PSDA WS) Welang Pekalen di Pasuruan, Novita Andriani mengatakan, pihaknya menyiapkan dana sekitar Rp 150 juta untuk perbaikan tanggul Kali Dringu yang jebol di Dusun Gandean itu.
Dana tersebut murni dari UPT PSDA WS Welang Pekalen, untuk satu titik prioritas. Sedangkan berapa dana yang disiapkan Pemkab Probolinggo, Jawa Timur, masih belum diketahui. Perbaikan tanggul yang rusak, menjadi salah satu jalan keluar, untuk menuntaskan persoalan banjir luapan di kawasan Dringu. (*)
Pewarta | : Ryan |
Editor | : Faizal R Arief |