https://surabaya.times.co.id/
Berita

Prof Rachmah Ida Ungkap Peran Media Sosial dalam Evolusi Tren Kuliner Keliling

Selasa, 26 Agustus 2025 - 20:48
Prof Rachmah Ida Ungkap Peran Media Sosial dalam Evolusi Tren Kuliner Keliling Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dra Rachmah Ida MCom PhD. (Foto: Dok. Unair)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Kuliner keliling makin marak di Indonesia, khususnya kota-kota besar. Surabaya sebelumnya juga dibanjiri kopi keliling dan sekarang Nasi Padang.

Di media sosial ramai membicarakan Padang keliling. Kuliner keliling ini makin mempermudah akses konsumen untuk membeli. 

Tren yang dianggap sebagai hal baru oleh sebagian besar orang ini ternyata memiliki akar historis yang jarang diketahui oleh masyarakat.

Termasuk sebagai solusi bagi pekerja di lokasi terpencil yang sulit untuk mendapat akses makanan. Tak hanya sebagai moda berjualan, tapi juga representasi budaya. 

Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dra Rachmah Ida MCom PhD menerangkan, tren makanan keliling atau ia sebut food trucks awalnya upaya penjual untuk mampu menjangkau pekerja. Para pekerja terkadang tidak menemukan tempat makan dengan mudah.

“Konsep ini menurut saya bagian dari upaya untuk menjemput target market yang mereka inginkan. Mereka tahu ada orang-orang yang tidak bisa mobile, ada orang-orang yang bekerja tetapi di tempat kerjanya itu tidak ada lagi warung. Kalau sekarang itu kemudian berkembang food trucks itu ada di mana-mana,” terangnya, Selasa (26/8/2025).

Prof. Ida menjelaskan, food trucks pada dasarnya bukanlah hal yang benar-benar baru. Ia menganalogikan tren ini sama halnya dengan pedagang kaki lima yang sudah biasa berkeliling. Akrab dikenal oleh masyarakat sekitar, terutama Indonesia. 

“Jadi sebenarnya yang dilakukan oleh food trucks itu atau mobile kuliner itu sama dengan pedagang-pedagang bakso yang di rumah kita. Pedagang tahu tek, pedagang tahu campur gitu ya yang jalan berkeliling. Tidak ada sesuatu yang baru sebenarnya, hanya sekarang mereka pakai mobil atau kendaraan yang lebih modern,” sebutnya. 

Namun, terlepas dari inovasi tren ini, food trucks atau konsep semacam ini mampu menawarkan biaya operasional yang lebih rendah dan cenderung lebih efisien daripada restoran konvensional. Hal ini bahkan berpeluang menjadi keuntungan tersendiri bagi pelaku usaha. 

“Bagi pengusaha sendiri pengusaha food trucks itu murah, ya. Jadi biaya operasionalnya tidak banyak. Kalau dia berada atau dia punya warung dia kena pajak, karena pajaknya masuk ke pajak bangunan, tapi food trucks itu tidak kena pajak dan dia mendapatkan income yang langsung. Itu sebuah keuntungan,” ujarnya. 

Peran Media Sosial

Perkembangan tren kuliner keliling yang begitu pesat tidak terlepas dari peran media sosial yang begitu masif dalam menciptakan gelombang euforia atau antusias konsumen secara instan. Ia juga menjelaskan peran kreator konten yang kerap memviralkan pedagang tertentu, dapat mendatangkan massa dalam waktu yang sangat singkat. 

“Karena itu media sosial itu memantik orang untuk mencari sesuatu. Media sosial membantu seolah-olah membangkitkan kembali food trucks itu revival of food trucks. Jadi semuanya karena media sosial. Luar biasa memang media sosial itu bisa membentuk subkultur baru pada masyarakat konsumen di Indonesia,” ucapnya. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.