TIMES SURABAYA, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimistis produksi susu segar di wilayahnya akan terus meningkat dan membantu mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Optimisme itu disampaikan saat meninjau Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Koperasi tersebut dikenal menerapkan sistem integrated farming menuju konsep No Waste Energy, di mana limbah peternakan diolah kembali menjadi energi dan pakan.
Menurut Khofifah, penerapan sistem itu terbukti meningkatkan produktivitas susu sapi perah.
“Sebelum menerapkan sistem terpadu, produksi sapi hanya sekitar 12–15 liter per hari. Kini bisa mencapai 20–25 liter,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).
Dengan capaian itu, Khofifah berharap Jawa Timur mampu menekan impor susu yang saat ini masih mencapai sekitar 65 persen dari kebutuhan nasional.
Berdasarkan data BPS 2025, produksi susu segar Jawa Timur mencapai 468.712 ton per tahun, atau sekitar 58 persen dari total produksi nasional. Provinsi ini juga memasok kebutuhan susu segar ke Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Selain untuk pasar domestik, Khofifah menilai potensi ekspor juga terbuka, terutama ke pasar Eropa. Pasalnya, sebagian kelompok peternak di Nongkojajar sudah menerapkan pemeliharaan sapi dan pakan organik yang telah diakui oleh Badan Standarisasi Pangan Organik.
“Kalau produksi susu organik bisa dikembangkan, pasar Eropa pasti melirik. Ini peluang besar agar peternak naik kelas,” ujarnya.
Khofifah juga menyinggung potensi konsumsi susu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menyarankan agar susu yang disalurkan berbentuk pasteurisasi tanpa kemasan pabrikan, disediakan dalam wadah besar untuk mengurangi limbah plastik.
“Selain ramah lingkungan, anak-anak bisa minum susu segar sesuai kebutuhan, langsung dari sumber produksinya,” katanya.
Di sisi lain, Khofifah memastikan seluruh sapi perah di KPSP Setia Kawan dalam kondisi sehat dan bebas dari PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Pemprov Jatim terus melakukan vaksinasi dan pemberian vitamin secara rutin bagi ternak.
Ia berharap KPSP Setia Kawan Nongkojajar dapat menjadi rujukan nasional bagi pengembangan peternakan sapi perah berbasis sistem terpadu dan berkelanjutan.
“Banyak yang bisa belajar dari Nongkojajar. Pasarnya besar, dan konsumen kini semakin mencari produk pangan sehat dari bahan berkualitas,” ucapnya. (*)
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |