TIMES SURABAYA, SURABAYA – Penerjemah Bahasa Asing merupakan sebuah kesempatan yang istimewa mengingat tidak semua orang bisa melakukanya. Hal tersebut yang dibuktikan oleh Dosen sekaligus Kaprodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Tiyas Saputri, S.S., M.Pd. melalui cerita pengalaman istimewa saat dirinya menjadi penerjemah Bahasa Inggris dalam rangka kerjasama antara Unusa dengan University of Northern Philippines (UNP) pada tahun 2013.
“Jadi pada waktu itu, saya yang bagian menerjemahkan apa yang disampaikan oleh orang Filipina, tapi Filipinanya yang bukan berbahasa Tagalog, melainkan Bahasa Inggris. Nah, disaat itu saya bantu untuk keperluan menerjemahkan apa yang dibutuhkan untuk kerja sama antara UNUSA sama UNP. Itu merupakan pengalaman yang berharga menurut saya, mengingat saya pertama kalinya ke luar negeri waktu saat itu,” katanya dengan penuh kesan bahagia kepada Jurnalis TIMES Indonesia Kota Surabaya.
Ia juga mengungkapkan suka dukanya saat menjadi penerjemah Bahasa Inggris. Salah satunya adalah saat bertugas, ia senantiasa berkunjung ke Luar Negeri dengan mudah dan nyaman dalam berkomunikasi. Menginggat, Bahasa Inggris merupakan Bahasa Internasional yang dapat diterima oleh negara-negara di dunia.
“Dukanya ini kadang-kadang ketika menerjemahkan teks itu, saya bersama rekan-rekan Unusa lainnya mendapatkan proyek terjemahan yang benar-benar bidangnya itu sangat asing bagi kami. Contoh misalnya istilah mesin. Lalu ada istilah-istilah lainnya yang memang butuh speciality untuk itu,” ungkap Tiyas.
Tiyas juga menjelaskan beragam peranan penting adanya penerjemah Bahasa Asing khususnya dalam rangka membantu masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi dengan masyarakat dari Luar Negeri ataupun sebaliknya. Sehingga, menciptakan beragam manfaat antara kedua masyarakat tersebut berkat adanya penerjemah Bahasa Asing.
“Kan khawatirnya itu dengan adanya orang asing, kita tidak ada filter gitu semisal kita tidak dapat berbahasa Inggris. Melalui adanya penerjemah yang berperan sebagai orang kepercayaan, dapat membantu menjembatani komunikasi sehingga apa yang disampaikan oleh orang asing itu tidak diterima mentah-mentah dan akhirnya hanya setuju-setuju saja tanpa ada pertimbangan lain,” jelasnya.
Bertepatan dengan peringatan Hari Penerjemah Internasional pada hari Kamis (30/09/2021), Tiyas menyampaikan pesan kepada seluruh penerjemah Bahasa Asing khususnya Bahasa Inggris di Indonesia agar senantiasa semangat untuk terus meningkatkan kemampuan menerjemahkan. Alasannya adalah beragam istilah dan terjemahan pada Bahasa Inggris, senantiasa berkembang dan tidak selalu sama. Perlu disesuaikan dengan keperluan atau tujuan khusus. Sehingga, perlu penguasaan dan pemahaman yang lebih dari penerjemah tersebut.
“Nah, kalau kita hanya cek di kamus saja, tanpa melihat konteks atau hanya mengandalkan kemampuan kita dalam men-translate saja, jadinya kurang terasah gitu dan malahan jadi salah dalam men-translate. Maka dari itu, kita perlu update ilmu lah.”
“Soalnya dalam menerjemahkan suatu bahasa, bukanlah suatu hal yang mudah. Seringkali saat menerjemahkan Bahasa Inggris, kita tidak hanya bersumber dari satu alat bantu (tools) atau kamus saja. Melainkan, kita juga harus membaca kembali serta menyesuaikan cocok nggaknya terjemahan tersebut. Saya kira alat yang paling utama untuk translate yang paling bagus ya ini, Otaknya Manusia. Dan, lebih bagus lagi kalau seorang penerjemah mengunakan akal untuk berpikir dan ditunjang dengan alat, hasilnya akan jadi lebih bagus nanti,” tutup Dosen Unusa itu.
Pewarta | : Khusnul Hasana (MG-242) |
Editor | : Faizal R Arief |