https://surabaya.times.co.id/
Pendidikan

Gubernur Khofifah: Sekolah Rakyat Putus Mata Rantai Kemiskinan

Senin, 14 Juli 2025 - 21:50
Gubernur Khofifah: Sekolah Rakyat Putus Mata Rantai Kemiskinan Gubernur Khofifah saat meninjau MPLS Sekolah Rakyat di Probolinggo, Senin (14/7/2025). (Foto: Dok.Humas Pemprov Jatim)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Hari pertama Sekolah Rakyat (SR) disambut keceriaan siswa di Jawa Timur. Mereka datang membawa perlengkapan yang diperlukan untuk tinggal di asrama.

Anak laki-laki juga melengkapi diri dengan sarung dan kopyah untuk beribadah. Di Jatim, Sekolah Rakyat dibuka di 19 titik.

Muhammad Riyan, siswa kelas 1 SMP  di Kota Probolinggo mengaku sangat senang mengikuti pendidikan berasrama di Sekolah Rakyat Kota Probolinggo. 

"Saya memiliki teman baru dan bisa bersekolah gratis. Kalau kangen orang tua  kan bisa dikunjungi," kata Riyan ditemui eks gedung Rusunawa  PPI Mayangan Kota Probolinggo yang menjadi tepat sekolahnya, Senin (14/7/2025).

Antusiasme menyambut hari pertama pengoperasian Sekolah Rakyat juga ditunjukkan wali murid  bernama Sugiarti dan banyak wali murid lain di sejumlah kabupaten/kota di Jatim. 

Sugiarti rela berjalan kaki 3 kilometer untuk mengantar anaknya menempuh pendidilan di Sekolah Rakyat ini.

Setiap harinya, Sugiarti hanyalah seorang ibu rumah tangga, sementara suaminya hanyalah buruh tani yang penghasilannya tak menentu. Mengetahui program Sekolah Rakyat ini, Sugiarti sangat bersyukur dan menyambutnya dengan antusiasme tinggi.

"Senang karena sangat membantu, bahkan sebelum tahu adanya sekolah gratis ini, saya sempat berpikir takut tidak bisa membiayai sekolah untuk anak saya," katanya.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawasa terlihat bahagia melihat  keceriaan dan kesiapan siswa serta orang tua mereka dalam mengikuti pendidikan di Sekolah Rakyat yang ada di Kota Probolinggo.

Khofifah yakin, Sekolah Rakyat yang  merupakan implementasi gagasan Presiden Prabowo Subianto dalam menjamin akses pendidikan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat ini berjalan efektif dalam memutus mata rantai kemiskinan. 

"Pendidikan adalah jalan paling efektif dalam memutus rantai kemiskinan," kata Gubernur Khofifah.

Khofifah menambahkan, pelaksanaan pendidikan di Sekolah Rakyat ini juga  difokuskan pada pembentukan karakter anak. Programnya dimonitor secara intensif melalui keberadaan wali asrama dan wali asuh. 

"Dengan asrama, pembinaan karakter dan agama bisa lebih terarah,” tegas orang nomor satu di Jatim ini.

Pada bagian lain, Khofifah membenarkan  penerapan SR ini sangat tergantung pada kesiapan ruang dan sarana pendukung, salah satunya kesiapan asrama.

"Masih ada yang perlu diperbaiki lagi untuk fasilitas ke depannya," ujarnya.

Karena itu, pelaksanaan Sekolah Rakyat di Jatim dibagi dalam tiga kloter. Kloter 1A  yang dimulai Senin hari ini menampung 1.183 siswa di seluruh Jawa Timur.

“Ada tiga siswa yang izin belum hadir. Kloter 1B akan dimulai 19 Juli 2025 dan kloter 1C menyusul pada bulan September 2025 mendatang,” katanya,

Naik Ambulans

Hari pertama Sekolah Rakyat di Jombang juga disambut sangat antusias. Anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem datang  menjinjing tas besar.

Mereka datang naik ambulans desa ke lapangan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kecamatan Mojoagung, Jombang, Senin (14/7/2025).

Samsul (53) turun lebih dulu. Wajahnya letih, namun matanya menyala. Di belakangnya, Ani (52), istrinya yang penyandang disabilitas, menggamit dua anak perempuan mereka, Nisa (17) dan Jingga (13).

Keempatnya menjinjing tas besar—bukan berisi obat atau peralatan medis--melainkan harapan yang dikemas dalam pakaian sederhana.

"Ini bawa baju untuk tinggal di sekolah. Semua gratis, alhamdulillah,” ucap Ani lirih, sembari membetulkan jilbab Nisa.

Dia tampak lebih tenang dari sebelumnya—dari hari-hari saat anak sulungnya terpaksa berhenti sekolah karena tak ada biaya. Kini, anak itu kembali belajar, meski harus memulai ulang dari kelas X.

Di sisi lain, seorang ibu muda bernama Rini (46) terlihat memarkir motor tuanya. Di boncengannya, Sherly (16), anak semata wayangnya. Mereka datang dari Desa Sambirejo, Wonosalam—desa pegunungan yang jauh dari Mojoagung. Mereka telah menunggu sejak Subuh.

"Saya rela anak tinggal di sekolah, biar masa depannya lebih baik,” ujar Rini, buruh tani yang tiap harinya bekerja di ladang orang lain.

Tak hanya di Kabupaten Jombang, di Kabupaten Pacitan, wilayah paling selatan dan barat di Jatim, hari pertama masuk Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA 23) Pacitan, Senin, dipenuhi wajah-wajah penuh harap para siswa dari berbagai desa di Kabupaten Pacitan.

Salah satunya adalah Nadjua Tihta Nadia Wardhani (15), siswi asal Desa Sawahan, Kecamatan Donorojo, yang tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan awal.

Sejak pagi, Nadjua tiba di Gedung Karya Dharma, lingkungan Pendopo Kabupaten Pacitan, yang menjadi lokasi tes kesehatan dan kebugaran sebelum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Ia datang ditemani keluarga yang turut memberikan semangat di hari penting itu.

"Senang banget, hari pertama masuk bisa ketemu teman-teman dari desa dan kecamatan lain se-Kabupaten Pacitan. Tadi diantar sama keluarga,” ujarnya.

Masa pengenalan lingkungan sekolah di SRMA 23 Pacitan akan berlangsung selama sepekan sebelum para siswa resmi tinggal di asrama dan menjalani pembelajaran penuh. 

Sedang di Kabupaten Mojokerto, sebanyak 50 siswa akan belajar di Gedung Diklat Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Mojokerto yang 'disulap' sebagai Sekolah Rakyat (SR) di Mojokerto. 

Bintang Kurnia Purnomo Putri (13) merupakan salah satu siswa Sekolah Rakyat (SR) Mojokerto datang ke sekolah diantar kedua orang tuanya, Dony Hendro Purnowo (47) dan Apriliana (37) ke Gedung Diklat BKPSDM Kabupaten Mojokerto. Orang tuanya berharap sang putri kerasan dan bisa mengikuti pendidikan di SR. 

Program SR di Kabupaten Mojokerto membuka dua rombongan belajar (rombel) dengan masing-masing rombel sebanyak 25 siswa.

Ada 50 siswa yang terdaftar dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, sebanyak 22 siswa dan sebanyak 28 siswi. 

Manfaatkan Gedung APDN Malang

Puluhan siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 22 Kota Malang di hari pertama mereka, Senin, berkumpul di Gedung BPSDM Jatim Kampus di Jalan Kawi Kota Malang.

Bangunan ini dulunya merupakan kampus Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang. 

Wajah penuh senyum dan antusias terlihat jelas dari para orang tua yang mengantar anak-anak mereka dari berbagai penjuru Malang.

Program populis dari Presiden Prabowo Subianto ini diharapkan mampu jadi jembatan menuju masa depan lebih cerah.

Dwiyono, orang tua siswa dari Pagelaran, Malang, mengungkapkan kelegaannya.

"Kemarin sempat bingung mau lanjut SMA, untungnya lolos Sekolah Rakyat ini. Saya pasrah dan ikhlas anak saya di sini, di asrama," ujarnya. 

Selama menjalani pendidikan, siswa-siswi SR mendapatkan fasilitas sekolah, seragam, makan dan asrama, perlengkapan ibadah, perlengkapan sekolah, perlengkapan mandi, dan perlengkapan asrama. 

Widya, siswa SRMA 22 yang sebelumnya bersekolah di SMPN 6 Malang, mengatakan,

"Saya berterima kasih kepada pemerintah yang telah menyediakan program ini."

Rahmah Dwi Nor Wita Imtikhanah, S.Pd, M.Sc, Kepala Sekolah SRMA 22 Malang, mengatakan, sekolah ini menampung 75 siswa yang terbagi dalam 3 rombongan belajar, dengan masing-masing rombongan berisi 25 siswa.

Ada sejumlah program persiapan yang akan dijalani siswa, yakni orientasi studi dan lapangan, keamanan, leadership, pengetahuan dasar mata pelajaran, program kebahasaan, pembangunan karier dan kepribadian, keterampilan sosial, kegiatan pawai budaya, dan  kegiatan olahraga serta kesamaptaan.

Saat di asrama, siswa wajib bangun paling lambat pukul 04.30 WIB, dilarang membawa alat elektronik tanpa izin, serta wajib berada di kamar pada pukul 21.00 WIB.

Mereka juga diizinkan menerima tamu pada waktu yang ditentukan, membersihkan kamar dan area asrama setiap hari, tidak diperbolehkan mengambil barang milik teman tanpa izin, menjaga kebersihan pribadi dan fasilitas bersama, wajib membersihkan dan merapikan tempat tidur, dan menghormati waktu istirahat teman asrama. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.