TIMES SURABAYA, SURABAYA – Rabu (21/5/2025), langit Desa Depok masih mendung kelabu. Bau tanah basah menyeruak. Ratusan personel dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan para relawan masih berjibaku. Mereka menyisir setiap jengkal tanah yang telah berubah menjadi ladang lumpur, dalam upaya menemukan enam warga yang masih tertimbun longsor.
Namun di tengah barisan itu, berdiri seorang pemimpin yang memilih turun langsung ke medan. Kolonel Arm Untoro Hariyanto, Danrem 081/DSJ, tak hanya hadir sebagai komando. Ia hadir sebagai penguat semangat. Menjadi wajah dari harapan banyak keluarga yang menanti kabar.
“Kami menghadapi medan yang sangat sulit. Tanah berlumpur dan labil, setiap saat bisa longsor lagi,” ungkapnya.
Langkah beratnya tak goyah, meski tanah di bawah kakinya seperti tak bersahabat. Setiap perintah yang ia lontarkan bukan hanya tentang strategi, tapi tentang rasa. Tentang betapa pentingnya setiap detik untuk menemukan korban dan menyelamatkan nyawa.
Longsor terjadi secara tiba-tiba. Hujan deras mengguyur desa selama berjam-jam, hingga akhirnya sebagian lereng tak mampu menahan beban air dan tanah. Rumah-rumah tergulung. Jalanan terputus. Suara jeritan minta tolong membelah malam, lalu senyap terkubur.
Kini, enam nyawa masih belum ditemukan. Puluhan lainnya mengungsi dalam keterbatasan. Dan di tengah semua itu, medan pencarian menjadi tantangan utama.
“Alat berat pun sulit bergerak. Ruang sempit, tanah basah. Kalau hujan turun, kami harus hentikan pencarian. Terlalu berbahaya,” lanjut Kolonel Untoro, sembari menatap awan yang masih menggantung gelap.
Pemimpin yang Memilih Berada di Garis Depan
Apa yang dilakukan Kolonel Untoro bukan hal biasa. Di saat banyak orang bisa memilih aman, ia memilih hadir di jantung bencana. Menyatu dengan lumpur. Menyapa warga. Menguatkan tim.
“Saya tidak bisa hanya memantau dari jauh. Mereka butuh kita. Keluarga korban butuh harapan. Dan harapan itu harus hadir bersama tindakan nyata,” ucapnya dengan lirih namun tegas.
Tak hanya pencarian, ia juga memastikan para pengungsi mendapatkan bantuan yang layak. Makanan, selimut, minuman, dan tenaga medis semua dikawal.
Mengungsi di Tengah Trauma
Sebanyak 62 warga kini mengungsi. Sebagian besar rumah mereka hancur, sisanya berada di zona rawan. Ketakutan masih ada di mata mereka. Tapi ada secercah rasa lega, karena ada yang datang untuk membantu.
“Kami berusaha memulihkan. Bukan hanya logistik, tapi rasa aman,” ujar Kolonel Untoro.
Bagi TNI dan semua pihak yang terlibat, pencarian bukan satu-satunya misi. Pencegahan menjadi hal utama. Karena bencana tidak akan menunggu kesiapan kita. Karenanya, koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait terus dilakukan.
“Masih banyak warga tinggal di lereng-lereng rawan. Kami tidak ingin kehilangan lebih banyak,” tegasnya. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |