https://surabaya.times.co.id/
Berita

Pakar ITS Paparkan Bahaya Arus Rip, Gelombang Laut yang Mematikan

Jumat, 31 Januari 2025 - 14:05
Pakar ITS Paparkan Bahaya Arus Rip, Gelombang Laut yang Mematikan Ilustrasi - Arus rip yang nampak tenang di antara buih gelombang merupakan arus balik cepat yang menghanyutkan. (FOTO: Dok.Net)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Tragedi terseretnya sejumlah siswa SMP 7 Kota Mojokerto oleh ombak yang diketahui sebagai arus rip di Pantai Drini Jogjakarta, beberapa waktu lalu, telah menarik perhatian masyarakat luas. 

Sebagai bentuk kewaspadaan, masyarakat wajib mengetahui lebih jauh seberapa besar bahaya arus rip tersebut dan bagaimana langkah antisipatif apabila sedang bermain air di tepi pantai.

Wahyudi-MSc.jpgDosen Oseanografi dari Departemen Teknik Kelautan ITS Dr Ir Wahyudi MSc menjelaskan tentang bahayanya arus rip dan perlunya masyarakat untuk mewaspadainya. (FOTO: Dok.Humas ITS)

Dosen Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ir Wahyudi MSc memaparkan, arus rip terjadi ketika gelombang laut yang mendekati pantai pecah dan berubah menjadi aliran air yang dibelokkan oleh garis pantai ke daerah yang energinya rendah.

"Terutama pada daerah pantai yang berbentuk teluk, seringnya memiliki energi arus rip yang kencang. Memang nampak tidak berbuih dan tenang, tapi itu ada arus rip di dalamnya,” jelasnya, Jumat (31/1/2025).

Lelaki asal Jogjakarta itu menambahkan, pengunjung pantai harus mewaspadai area air di tepian daratan yang nampak tenang dengan diapit oleh gelombang yang berbuih. 

Berpotensi Terjadi di Pantai Selatan Jawa 

Arus rip berpotensi besar terjadi di seluruh pantai selatan Jawa karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. 

Kendati gelombang yang menuju garis pantai bersifat acak dan tidak terprediksi, tetapi dapat dipastikan pantai yang berbatasan dengan samudera lepas memiliki gelombang datang yang tinggi.   

Lebih lanjut, pakar oseanografi ini mengatakan, kecepatan arus rip dapat terjadi dari 0,85 hingga 1 meter per sekon. 

Arus rip tidak hanya arus balik ke tengah laut, arus yang memiliki lebar sekitar 9 sampai 11 meter ini turut membawa sedimen yang ada di sekitaran pantai menuju tengah laut, sehingga area yang sering terjadi arus rip nampak tenang dan gelap karena telah terbentuk palung. 

“Saking cepatnya arus tersebut, juara renang olimpiade sekalipun tidak akan kuat melawan arus rip,” katanya mengingatkan.

Perlu diketahui, arus rip tidak terjadi pada musim-musim tertentu dan tidak dapat dipastikan berapa kali dalam sehari.

Tetapi yang bisa diwaspadai adalah, ketika berada di pantai berteluk atau di tepi tanjung, karena daerah tersebut memiliki kekuatan arus rip yang bisa menghanyutkan manusia. 

“Kondisi hidro-oseanografi dan morfologi pantai merupakan hal yang memengaruhi arus rip ini,” tutur lelaki yang tergabung dalam Laboratorium Infrastruktur Pantai dan Pelabuhan ITS ini. 

Korban Akibat Arus Rip Terus Meningkat 

Tragedi yang menimpa siswa SMP 7 Kota Mojokerto, merupakan contoh kecil dari banyaknya korban tenggelam karena arus rip. 

Di Indonesia, korban akibat arus rip di pantai selatan Jawa terus meningkat sepanjang tahun 2017 hingga 2022. 

Bahkan, data terakhir menyebutkan bahwa hampir 50 orang meninggal dunia karena terseret arus ini. 

“Arus rip dapat menjadi ancaman bagi pengunjung pantai. Arus tersebut tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dihindari,” tegasnya.

Hal terpenting agar tidak terjadi korban arus rip lagi adalah mitigasi terhadap ancaman arus mematikan ini kepada seluruh pengunjung. 

Pentingnya dilakukan sosialisasi mengenai bahaya arus rip melalui seminar atau sekolah-sekolah di Indonesia. 

Selain itu, lanjutnya, juga perlu peningkatan fasilitas penunjang pantai seperti kapal cepat, pelampung, dan penjaga pantai yang andal. 

Apabila pengunjung terlanjur terseret arus rip, diharuskan menghindari arus tersebut dengan cara berenang ke samping, sejajar dengan pantai.

Dosen mata kuliah Oseanografi ini berharap, mampu menggalakkan sosialisasi lebih masif ke seluruh lapisan masyarakat, terutama ke sekolah-sekolah yang memilih opsi pantai sebagai tempat rekreasi sekaligus belajar. 

Ia mengajak sukarelawan yang memiliki empati tinggi untuk berjuang bersama sebagai penyuluh dan menggencarkan sosialisasi mengenai bahaya arus rip. 

“Tentunya, pemerintah daerah juga harus turut andil dalam sosialisasi ini,” tutupnya. 

Sosialisasi tentang bahaya arus rip ini sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 13, yaitu aksi untuk mengatasi perubahan iklim. 

Sosialisasi bahaya arus rip ini juga terkait dengan beberapa SDGs lainnya. Di antaranya adalah SDGs 3 tentang kesehatan yang baik dan kesejahteraan (dengan mengurangi risiko cedera atau kematian akibat arus rip), dan SDGs 11 tentang kota dan komunitas yang berkelanjutan (dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya arus rip di daerah pesisir). (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.