TIMES SURABAYA, SURABAYA – Dirresiber Polda Jatim tengah mendalami kemunculan grup gay di Facebook. Grup ini diketahui menyematkan Kota Surabaya sebagai basis komunitas. Jumlah pengikut akun mencapai ribuan orang. Anggota Komisi E DPRD Jatim Cahyo Harjo Prakoso mengungkapkan rasa prihatin atas kasus tersebut.
Munculnya sejumlah grup Facebook yang beranggotakan pria penyuka sesama jenis ini memang menghebohkan publik.
Keberadaan grup-grup tersebut menuai keresahan dan memicu kekhawatiran di tengah masyarakat. Polisi pun menyelidiki hal ini.
"Saya sebagai Anggota Komisi E DPRD Jatim maupun sebagai warga Kota Surabaya tentu sangat prihatin terhadap munculnya akun media sosial yang mendukung perilaku penyimpangan seperti ini," kata Cahyo, Sabtu (14/6/2025).
Ia menegaskan bahwa fenomena tersebut perlu penindakan tegas dan tidak boleh dibiarkan begitu saja karena cukup berbahaya bagi perkembangan karakter generasi muda.
"Kita tahu bahwa Kota Surabaya ini atau kita ini berkehidupan sesuai dengan norma-norma sosial, norma agama dan juga nilai-nilai Pancasila yang harus selalu kita pertahankan dan kita kedepankan," ujar legislator dari Dapil Surabaya-Sidoarjo tersebut.
Dari data yang dihimpun, sedikitnya ada tiga grup aktif yang terang-terangan berisi para pria yang mengaku sebagai gay.
Adalah Gay Surabaya yang beranggotakan 4.634 pengguna, Gay Khusus Surabaya yang beranggotakan 4.485 pengguna, dan Gay Jawa Timur yang berisi 9,8 ribu pengguna.
Di dalam grup, kerap terdapat sejumlah pengguna yang saling bertukar postingan. Tak hanya mengenakan akun samaran, namun juga anonim atau yang dirahasiakan identitas pengirimnya.
Cahyo menambahkan, perlu ada atensi dari seluruh pihak stakeholder untuk melakukan tindak lanjut temuan grup perilaku penyimpangan seksual yang eksis di Kota Surabaya tersebut, agar tidak semakin menyebar meluas dan mengganggu kehidupan bermasyarakat.
Sebagai upaya pencegahan, ia mendorong pemerintah untuk semakin menguatkan nilai-nilai kepribadian dan kebudayaan yang selama ini dibangun.
Melalui nilai sosial, norma, agama dan nilai-nilai Pancasila, mendoktrinasi nilai-nilai itu agar mengakar sebagai ideologi dalam kehidupan bermasyarakat.
"Ada upaya preventif dari masing-masing sekolah, maupun juga lingkungan kehidupan sehari-hari. Karena yang membentuk karakter seseorang adalah lingkungan kehidupan sehari-hari," kata Ketua DPC Gerindra Surabaya tersebut seraya berharap perilaku-perilaku penyimpangan dapat diminimalisir.
Menteri Komdigi sendiri telah melakukan upaya memblokir konten penyimpangan maupun konten yang menggangu kehidupan beragama serta bertentangan dengan Pancasila.
Kendati demikian, Cahyo tak memungkiri bahwa tantangan disrupsi digital cukup berat, sehingga mau tidak mau seluruh pihak harus bahu membahu melakukan edukasi pembangunan karakter atau character building.
"Kami juga memahami bahwa kemudahan informasi, kemudahan akses anak-anak muda kita terhadap informasi ini tentu tidak bisa kita cegah 100 persen. Maka, upaya preventif inilah yang harus menjadi prioritas kita bersama-sama," katanya.(*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Faizal R Arief |