TIMES SURABAYA, SURABAYA – Malam dini hari (5/10/2025) bukan hanya tentang penyerahan jenazah, lebih dari itu. Seorang ibu yang dipaksa melepas putra kesayangannya.
Saat jenazah Firman Nur (16) dimasukkan ke dalam ambulans, kakinya terasa lumpuh. Ia tak sanggup berdiri, tak sanggup melangkah. Raut wajahnya yang muram dan air mata yang tak henti mengalir menggambarkan duka mendalam.
"Aku naik ambulans saja biar cepat," pintanya lirih. Permintaan itu disanggupi. Ia memilih duduk di samping jasad anaknya yang kini sudah terbungkus peti, menemani dalam perjalanan terakhir.
Duka yang sama juga terlihat di wajah keluarga dua korban lain, Muhammad Azka Ibadurrahman dan Daul Milal. Air mata tak terbendung saat mereka keluar dari kamar jenazah, setelah terakhir kalinya melihat orang yang mereka sayangi.
Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol M. Khusnan menjelaskan, identifikasi ketiga jenazah ini sudah valid.
"Pasti keluarga menghendaki untuk dibawa pulang secepatnya. Setelah teridentifikasi, kami langsung menyerahkan jenazah para korban ke keluarganya untuk proses pemakaman," ujarnya.
Namun, di balik penjelasan teknis itu, ada kesedihan mendalam yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang merasakan. Malam itu, di RS Bhayangkara, yang terdengar bukan hanya suara mesin ambulans, melainkan juga isak tangis keluarga yang mengiringi kepergian anak-anak mereka. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Di Balik Peti Jenazah, Tangis Ibu Menjemput Jasad Putranya Korban Ponpes Al Khoziny
Pewarta | : Zisti Shinta Maharani |
Editor | : Deasy Mayasari |