TIMES SURABAYA, SURABAYA – Beberapa waktu usai tragedi pembakaran sebagian Gedung Negara Grahadi pada Sabtu (30/8/2025), para pengunjung ramai berdatangan untuk melihat kondisi gedung secara langsung. Suasana terpantau kondusif, beberapa aparat seperti TNI dan Polisi ditugaskan mengamankan lokasi sekitar.
Yasin (52), salah satu pengunjung yang vokal dalam menyampaikan pendapatnya dan membuka ruang diskusi dengan pengunjung lainnya di sekitar grahadi. Beliau cukup paham dengan isu saat ini.
Menurutnya, kebakaran pada sebagian gedung grahadi adalah wujud dari amarah dan kekecewaan rakyat yang tidak didengar.
"Mau bagaimana lagi, saat ini sedang krisis ekonomi. Mencari nafkah juga susah, tetapi pejabat DPR itu mendapatkan tunjangan besar dari uang pajak rakyat yang tinggi," ujarnya.
Hal demikian juga sejalan dengan Andi (49), pengunjung lainnya di sekitar. Bahkan, beliau turut menyaksikan pembakaran sebagian gedung Grahadi tersebut.
"Waktu itu, ketika saya datang, sebenarnya jalan sudah banyak di blokade. Saya hanya bisa lihat dari jauh gedungnya terbakar. Saat itu sudah rusuh, banyak yang dipukuli dan kena gas air mata. Pokoknya disuruh pukul mundur," tuturnya.
Menurutnya, dampak dari semua kejadian ini adalah masyarakat kecil. Hal demikian dikarenakan mengganggu perekonomian dan rusaknya fasilitas-fasilitas umum.
"Awalnya protes terkait tunjangan DPR yang naiknya pesat. Tapi masalahnya jadi berimbas kemana-mana. Susah juga. Terus hubungannya dengan sipil dan birokrasi, jadinya imbas kesini," ucapnya lagi.
Selanjutnya, Andri (37) menyampaikan harapannya atas keresahan dari semua kejadian ini.
"Masyarakat dan mahasiswa pastinya punya harapan. Tapi kapan harapannya akan terwujud? Bisa jadi hanya janji-janji semata. Habis manis, sepah dibuang," ujarnya dengan sedih. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengulik Isi Hati Masyarakat di Sekitar Grahadi Pasca Kerusuhan
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |