TIMES SURABAYA, SURABAYA – Tahun baru 2023 yang awal. Tapi di minggu kedua Januari, Perempuan Penulis Padma atau Perlima telah menandainya dengan sebuah buku. Kali ini berupa antologi puisi karya 23 penulis. Judulnya Rupa Cinta. Inilah buku ketiga yang dihasilkan Perlima.
Digelar di Art Lab Lounge di Jalan Darmokali diramaikan dengan berbagai penanda. Yang pertama adalah Pameran Tunggal Karya Cat Air Ilustrasi Buku oleh Yoes Wibowo mulai 14-22 Januari 2023.
Puncaknya adalah orasi kebudayaan oleh penyair, sastrawan, budayawan berdarah Madura Zawawi Imron. Laki-laki yang dijuluki Celurit Emas itu sekaligus menjadi pembuka pameran.
Penyair Zawawi Imron bersama para Perempuan Penulis Padma, Minggu (15/1/2023) kemarin.(FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Tentu saja disemarakkan dengan pembacaan puisi-puisi yang ada dalam buku oleh sejumlah pembaca puisi seperti Ndindy Indiyati, Vika Wisnu, Denting Kemuning, dan Gita Pratama, serta penampilan musisi Arul Lamandau.
Bagi para pecinta sastra, kehadiran Zawawi dalam acara yang didukung Jamu Iboe, Mirama Hotel Grand Mercure Surabaya, ngopibareng.id, Padmedia, Padma Tour Organizer, dan Whiz Hotel itu, sangat dinantikan. Sebab sastrawan itu tak hanya dikenal dengan puisi-puisinya, tapi ia juga seorang perupa yang menghasilkan sejumlah karya sketsa dan lukisan.
Sebagai Ketua Perlima, R Wilis sangat bangga bisa menghadirkan tokoh sekaliber nasional seperti Zawawi. Namanya bukan hanya milik Jawa Timur, melainkan Indonesia.
Pengunjung menikmati Pameran Tunggal Karya Cat Air Ilustrasi Buku oleh Yoes Wibowo, Minggu (15/1/2023) kemarin.(FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
”Untuk Perlima, beliau menjadi kehormatan kami. Untuk Rupa Cinta, keberadaan beliau sangat tepat karena senior dalam bidang seni sastra dan seni rupa juga. Apa yang disampaikannya dalam orasi budaya ini sangat penting untuk didengar oleh kami yang masih banyak belajar. Terutama anak-anak muda yang masih butuh bimbingannya,” katanya, Minggu (15/1/2023).
Tiga Hari Latihan
Terkait buku Rupa Cinta, Wilis, inilah buku antologi puisi pertama yang diterbitkan Perlima. Namun, buku ketiga stelah buku pertama berjudul Covad Covid, Bungkusan Boyband, dan Menunggu Kabar Baik, lalu menyusul buku kedua berjudul Rumah Berdinding Kisah.
Rupa Cinta dihasilkan dari kelas Pelatihan Menulis Puisi yang digagas Perlima. Berlangsung selama tiga hari pada 18, 19, dan 20 Februari 2022 lalu. Dalam suasana pandemi, kelas berlangsung daring melalui Zoom.
Untuk melatih anggota dan umum tentang cara menulis puisi, Perlima mendatangkan tiga sastrawan penulis puisi andal. Hasan Aspahani -penyair kelahiran Kalimantan-, Wayan Jengki Sunarta dan Ni Made Purnama Sari -penyair Bali-. Ketiganya memberikan materi berbeda setiap hari selama dua jam pukul 13.00-15.00.
Nah, di akhir kelas itulah ada tugas buat para peserta. Masing-masing berkewajiban menulis lima puisi dengan tema bebas. Puisi-puisi yang disetor kepada Perlima ini dikurasi oleh Ni Made Purnama Sari.
”Inilah hasil pilihan kurator. Menjadi Rupa Cinta,” kata Wilis.
Dalam penerjemahan masing-masing, para penulis mengungkapkan ide tentang cinta. Ternyata seperti apa rupanya cinta menurut para penulis ini tak ada yang sama.
Mereka membuat cinta dirupakan menjadi apa saja. Penuh warna-warni. Dengan gaya yang tak sama, Rupa Cinta menjadi wacana para penulis untuk menuangkan gambaran tentang seperti itulah kira-kira rupa cinta.
Dihiasi Ilustrasi Yoes Wibowo
Menariknya, dalam buku puisi ini semua karya penulis didampingi karya seni rupa garapan perupa Yoes Wibowo. Ia menerjemahkan puisi-puisi itu ke dalam visual yang dibuat oleh Yoes dengan media cat air. Tekniknya menarik, kolase. Jika dalam buku Yoes menyertakan 23 karya sesuai jumlah penulis yang didampinginya, untuk pameran tunggalnya Yoes membuat 40 karya.
Sebagai karya yang lepas dari buku, karya Yoes kali ini menjadi sebuah pameran tunggal. Tak sekadar ilustrasi buku semata. Bukan sebagai hiasan atas puisi-puisi yang dibuat. Melainkan Yoes berkarya lepas dari buku sebagai bentuk responsnya atas karya lain di bidang sastra.
Pameran ini mempertemukan gagasan Yoes dengan para penulis. Termasuk dengan esais Heti Palestina Yunani yang menyertakan tulisan sebagai rupa kata dalam pameran.
Dengan media cat air yang sangat dikuasai Yoes, perupa yang kini tinggal di Pasuruan itu menyatakan idenya tentang seperti apakah rupa cinta itu sebenarnya. Dalam rupa visual, Yoes berusaha menerjemahkan puisi-puisi ke-23 penulis dengan caranya. Bersama-sama penulis, Yoes hendak menyampaikan pesannya sendiri tentang cinta yang ia tahu. Lewat seni rupa.
Ada teknik yang dicobakan Yoes yakni kolase. Jika dalam buku ilustrasi, teknik itu tak begitu kentara karena menjadi bentuk 2D, dalam pameran tampak bagaimana cara Yoes menghadirkannya yang lebih aktraktif.
Sebagian diujicobakannya dengan membuat bagian-bagian lukisan cat air itu menjadi susunan unik yang sedemikian rupa sehingga tampaklah paduan-paduan media yang memang biasa ada dalam kolase.
Perlima Produktif
Pendiri Perlima Wina Bojonegoro menambahkan peluncuran buku dan pameran seni rupa Rupa Cinta ini menjadi bukti nyata perjalanan Perlima yang baru berdiri pada 30 Maret 2021. Dengan terbitnya buku ketiga ini maka Perlima menjaga performa dan produktivitas anggotanya sebagai tanggung jawab sebagai penulis.
Sejak berdiri, Perlima terus mendukung kesempatan bagi anggotanya untuk mengasah kemampuannya dalam menulis. Ada banyak genre tulisan, sehingga Perlima membuka kelas menulis yang berbeda-beda.
”Puisi adalah salah satu tulisan yang dikuasai oleh banyak anggota kami. Yang belum terlalu menguasainya ya kami ajak belajar. Dengan mentor-mentor terpilih yang piawai di bidangnya, inilah buku hasil belajar bersama-sama dengan Perlima. Semoga diterima dan meramaikan jagat sastra di Indonesia,” tegasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Perlima Luncurkan Buku Ketiga Bertajuk Rupa Cinta
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Irfan Anshori |