TIMES SURABAYA, SURABAYA – Upaya penanganan stunting di Jawa Timur kembali mendapat perhargaan nasional setelah program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting atau Genting dinilai mampu menekan angka kasus dalam beberapa tahun terakhir.
Program ini menjadi salah satu strategi yang disebut efektif dalam memperkuat intervensi gizi dan kesehatan anak di tingkat keluarga.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN memberikan penghargaan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dianggap konsisten menjalankan program tersebut.
Penghargaan diterima Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa dalam Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Jakarta, pekan lalu. Kota Mojokerto turut tercatat sebagai daerah berkinerja baik dalam penanganan stunting.
Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa pencapaian Jawa Timur tak lepas dari keterlibatan banyak pihak, mulai pemerintah kabupaten/kota, kader Posyandu, PKK, BKKBN, hingga jaringan pentahelix.
Menurutnya, kerja bersama tersebut menjadi kunci keberhasilan karena persoalan stunting tidak bisa ditangani satu lembaga saja.
“Penurunan stunting membutuhkan gerak bersama. Semua sektor harus terhubung mulai layanan kesehatan, pendidikan, hingga dukungan keluarga,” ujarnya dalam keterangan resmi di Surabaya, Rabu (19/11/2025).
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 mencatat prevalensi stunting Jawa Timur berada di angka 14,7 persen—lebih rendah dari rata-rata nasional 19,8 persen. Meski sudah melampaui target nasional, Khofifah menekankan perlunya percepatan untuk mencapai target RPJMD 2029 yakni 13,36 persen.
Sejumlah intervensi terus dilakukan, baik intervensi spesifik seperti pemeriksaan kesehatan ibu hamil, pemberian tablet tambah darah, imunisasi dasar, ASI eksklusif, hingga pemenuhan gizi balita.
Di sisi lain, intervensi sensitif juga dikuatkan melalui penyediaan sanitasi layak, air bersih, edukasi gizi keluarga, dan penguatan ekonomi rumah tangga.
Khofifah menilai konsistensi menjadi faktor terpenting. Ia menekankan perlunya pemantauan berbasis data individual, termasuk pendekatan by name by address untuk memastikan intervensi tepat sasaran.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka—selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting—kembali mengingatkan bahwa upaya pencegahan harus berjalan lebih kuat daripada sekadar mengejar penurunan angka. Pemerintah tengah memperluas program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) sebagai bagian dari strategi nasional.
Gibran menekankan pentingnya penggunaan data dalam penetapan kebijakan daerah. “Penanganan stunting tidak bisa dilepaskan dari data yang akurat. Ini kerja bersama dan harus dikawal dari pusat hingga desa,” ujarnya.
Target nasional penurunan stunting telah ditetapkan menjadi 14,2 persen pada 2029 dan 5 persen pada 2045, sesuai amanat RPJMN dan RPJPN. (*)
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |