TIMES SURABAYA, SURABAYA – Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025, menjadi momen bersejarah bagi keluarga KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Atas jasa-jasanya sebagai bapak bangsa dan bapak pluralisme, Presiden RI ke – 4 ini resmi menerima gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Prabowo Subianto.
Istri mendiang Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid mengucapkan rasa syukur atas pemberian gelar Pahlawan Nasional tersebut.
Pahlawan bangsa tidak hanya melawan tentara sekutu saat merebut wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari segala bidang. Seperti yang dilakukan oleh Gus Dur.
Sosok Gus Dur mempunyai pemikiran luar biasa dalam membentuk karakter bangsa dan menyatukan lintas agama.
Gerakan Nurani Bangsa (GMB) merupakan sebuah organisasi yang lahir dari pemikiran Gus Dur dan kemudian diteruskan oleh putrinya.

“Gerakan GMB ini memberikan keteladanan, pengarahan dan memberikan contoh bagi anak – anak muda untuk menjaga bagaimana selanjutnya menjalankan bangsa dengan baik,” ujar Shinta Nuriyah Wahid yang lekat disapa Ibu Shinta ini di sela perayaan dua tahun Swiss-Belinn Darmo Surabaya, Kamis (13/11/2025).
Di sisi lain, Ibu Shinta juga mengingatkan, agar para pemuda tidak larut dalam budaya barat, karena Bangsa Indonesia masih menjunjung tinggi adat ketimuran. Apalagi, di tengah tantangan kemajuan teknologi yang begitu pesat dan informasi datang dari segala arah yang harus diuji kebenarannya.
“Memang kita ini sekarang sedang dilanda teknologi yang baru, namun haruslah disaring terlebih dahulu. Tidak semuanya harus diikuti, tapi harus disaring,” kata Ibu Shinta usai mengikuti acara.
Mengenai rencana tasyakuran secara khusus terkait gelar Pahlawan Nasional yang diterima Gus Dur, ia mengatakan tidak ada persiapan khusus. Menurut Shinta, rakyat Indonesia sudah mendoakan secara bersama-sama.
“Sebelum datang di Surabaya, kami ke makam Bapak di Jombang setelah menerima gelar tersebut, sedangkan acara khusus tidak ada, malah sudah didoakan rakyat Indonesia,” tuturnya.
Sementara, saat ditanya tentang sosok Gus Dur, putrinya, Yeni Wahid mengatakan, Gus Dur adalah tokoh yang sagat kuat dan tegas dalam menjaga nilai. Meski tegas, Gus Dur merupakan orang yang rekonsiliatif dan lentur dalam strategi.
“Gus Dur lentur dalam berstrategi tetapi tidak mau berkompromi di dalamnya, sosok seperti Gus Dus sangatlah jarang. Saya berkata seperti ini, bukan berati saya anaknya, tetapi saya bertemu dengan banyak orang dalam kisaran politik, susah dalam memegang prinsip,” ujar Yeny saat mendampingi ibunya.
Dalam kisaran politik, Gus Dur teguh dalam menjalankan prinsip walaupun sadar ada konskuensi yang harus dibayar, seperti kehilangan jabatan atau posisi.
Oleh karena keteguhan itu, Gus Dur tidak hanya seorang politisi, melainkan juga negarawan, jiwanya dikorbankan untuk kepentingan orang banyak dan menurut Yeni, itu merupakan simbol kepahlawanan.
“Yang paling utama buat Gus Dur adalah bahwa peristiwa harus ditegakkan, perjuangan kemanusiaan dan perjuangan membela yang benar itu yang menjadi acuan Gus Dur. Di sinilah, Gus Dur tidak hanya sebagai politisi, melainkan negarawan. Pahlawan itukan mengorbankan orang banyak bukan dirinya sendiri,” kata Yeny mengakhiri sesi wawancara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kepahlawanan Gus Dur: Tegas Menjaga Nilai, Rekonsiliatif, Lentur dalam Strategi
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Deasy Mayasari |