TIMES SURABAYA, SURABAYA – Senator DPD RI Ahmad Nawardi meluncurkan buku autobiografi bertajuk Parlemen Jalanan ke Parlemen Senayan.
Peluncuran buku itu bertepatan dengan acara Dies Natalis Sewindu FISIP Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dan Dialog Kebangsaan Empat Pilar, Rabu (16/11/2022).
Buku setebal 264 halaman tersebut menceritakan jejak biografi, perjalanan, dan gagasan Ahmad Nawardi secara utuh dari awal meniti karir, ketakdziman sebagai santri sejumlah pondok pesantren hingga berlabuh menjadi senator ulung.
Siapa sangka jika Ahmad Nawardi pernah berjibaku sebagai kenek angkot hingga duduk menjadi anggota DPD RI.
Buku inspiratif tersebut sekaligus memudahkan pembaca menguak nalar politik Ahmad Nawardi. Karena ia juga dikenal sebagai organisatoris dan tokoh berpengaruh. Nawardi sendiri merupakan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jatim periode 2016-2021 dan dua periode terpilih sebagai senator.
Pemuda Tanah Trunojoyo itu menjadi salah satu wakil rakyat yang lantang dan diperhitungkan. Maka, buku ini seolah menjadi bagian usaha Ahmad Nawardi untuk lebih dekat dengan konstituen dan mendidik publik atau civil education.
Karena pembaca akan lebih banyak berselancar dalam gagasan isu publik daripada kesaksian-kesaksian perjalanan karier penulis.
Terbagi dalam enam bab, Ahmad Nawardi membuka kisah bagian pertama dengan sub tema Mimpi Anak Sampang Mengejar Bintang. Ada kisah bagaimana ia pernah menjadi seorang jurnalis lalu beralih meniti karier politik.
Bab dua berkisah tentang jejak kesaksian dari kampus, buku dan aksi. Seperti mahasiswa pada umumnya kala itu (1994). Ia menempuh pendidikan tinggi di IAIN Sunan Ampel.
Ahmad Nawardi melahap habis buku-buku ilmiah populer karya para intelektual termasyhur. Mulai Antonio Gramsci, Karl Marx hingga Ibnu Arabi. Ia juga merupakan aktivis 1998 yang turut menggulung kekuasan Orba.
Ahmad Nawardi mengatakan, buku perdana tentang pemikiran-pemikirannya telah terbit beberapa bulan lalu. Buku ini tidak hanya autobiografi semata. Namun juga ada gagasan dan ide.
"Buku ini setengah ilmiah karena ada banyak teori-teori yang saya kutip berdasarkan para tokoh ilmuwan dunia," kata Ahmad Nawardi.
Karena itulah, Nawardi merasa tepat meluncurkan buku ini di Kampus UINSA Gunung Anyar Surabaya sebagai laboratorium ilmiah yang bisa menguji buku karyanya.
Disinggung peluncuran buku jelang setahun dua bulan jelang Pemilu 2024, Nawardi menegaskan bahwa kemungkinan besar ia akan maju lagi dalam pencalonan.
"Entah di DPD maupun DPR RI nanti saya istikharah dulu. Karena tawaran untuk itu ada dari beberapa partai politik. Tapi masih saya pertimbangkan partai politik apa yang sepaham dengan pemikiran saya," katanya.
Sementara itu, Dekan FISIP UINSA Surabaya Dr Abd Chalik turut mengapresiasi atas kehadiran buku ini.
"Buku ini bagus dari sisi konten karena berangkat dari pengalaman pribadi keterlibatan sebagai seorang aktivis kemudian dinarasikan dengan menggunakan argumen-argumen yang sangat teoritis dan akademis sekali," puji Chalik.
Ahmad Nawardi sebagai seorang penulis yang notabene mantan jurnalis dinilai sudah mampu menggetarkan pikiran banyak orang melalui kacamata dan sudut pandangnya dalam melihat realitas situasi 1998 saat ia terlibat sebagai seorang aktivis. Ia juga kritis terhadap rezim Orde Baru kala itu.
"Buku ini betul-betul mampu menggugah siapapun pembaca untuk terlibat secara selesai membaca buku ini secara keseluruhan," tandasnya.
Tak hanya menjadi motivasi bagai mahasiswa, namun juga masyarakat luas. Karena buku ini adalah rangkuman potret perjalanan kehidupan sekaligus kritikan.
"Buku ini membuka pikiran kita bahwa seorang kenek pun bisa menjadi seorang pejabat di parlemen," ujar Chalik terkait peluncuran buku Senator DPD RI Ahmad Nawardi bertajuk Parlemen Jalanan ke Parlemen Senayan ini.(*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Irfan Anshori |