TIMES SURABAYA, YOGYAKARTA – Sekolah seringkali dianggap sebagai jaminan untuk masa depan yang lebih baik. Namun, tak sedikit yang meragukan pentingnya sekolah karena ada tokoh-tokoh sukses seperti Mark Zuckerberg dan Steve Jobs yang justru gagal sekolah. Tetapi, apakah mereka benar-benar menjadi contoh bahwa sekolah atau pendidikan formal tidak penting?
Sebagai fakta, dari bermiliar manusia yang ada di dunia ini, hanya sebagian kecil saja yang menjadi seperti Mark Zuckerberg atau Steve Jobs. Jadi, jangan sampai kita berpikir bahwa tidak perlu sekolah karena ada beberapa orang yang sukses tanpa melalui pendidikan formal.
Sekolah bukan jaminan untuk sukses. Tetapi, sekolah memberikan peluang yang lebih besar untuk hidup layak. Dengan sekolah, seseorang memiliki kesempatan untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja di masa depan. Selain itu, sekolah juga memberikan akses ke berbagai peluang seperti beasiswa, program magang, dan kerja sama dengan perusahaan.
Selain membuka peluang, sekolah juga memberikan berbagai manfaat lainnya. Sekolah mengajarkan keterampilan sosial, seperti berkomunikasi dengan baik, bekerja sama dalam tim, dan berpikir kritis. Selain itu, sekolah juga membantu seseorang mengembangkan kepribadian yang positif, seperti disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras.
Namun, penting untuk diingat bahwa pendidikan formal tidak selalu sama dengan sekolah. Ada banyak program pendidikan alternatif, seperti program pelatihan dan sertifikasi, yang dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan yang sama bergunanya dengan sekolah.
Pendidikan formal memang seringkali dianggap sebagai kunci sukses bagi banyak orang. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa tokoh-tokoh sukses di dunia yang tidak menempuh pendidikan formal. Namun, meskipun demikian, hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan pentingnya pendidikan formal.
Sebenarnya, pendidikan formal memberikan peluang lebih besar untuk hidup layak dan sukses di masa depan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2020, tingkat pengangguran untuk penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bersekolah atau hanya menyelesaikan pendidikan dasar adalah 8,78%. Sedangkan untuk yang menyelesaikan pendidikan menengah ke atas, tingkat penganggurannya hanya sebesar 5,18%.
Selain itu, berdasarkan data dari BPS pada tahun 2019, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas dengan pendidikan formal yang mencapai sekolah menengah atas atau lebih, memiliki rata-rata penghasilan per bulan sebesar Rp4,88 juta. Sedangkan penduduk dengan pendidikan dasar atau tidak sekolah hanya memiliki rata-rata penghasilan sebesar Rp2,14 juta per bulan.
Data tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk hidup layak dan memiliki penghasilan yang lebih tinggi lebih besar bagi mereka yang menempuh pendidikan formal. Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa pendidikan formal adalah satu-satunya faktor yang menentukan kesuksesan seseorang. Namun, pendidikan formal dapat memberikan landasan yang kuat bagi individu untuk meraih kesuksesan di masa depan.
Sebagai contoh, seorang pebisnis yang telah gagal dalam usahanya dapat memanfaatkan ijazah yang dimilikinya untuk mencari pekerjaan sebagai karyawan. Dengan memiliki latar belakang pendidikan yang baik, peluang untuk diterima di sebuah perusahaan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki pendidikan formal.
Jadi, meskipun ada beberapa contoh orang yang sukses tanpa melalui pendidikan formal, tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak sekolah. Sekolah tetaplah penting untuk membuka peluang hidup yang lebih baik. Semakin banyak seseorang mempelajari dan mengembangkan diri, semakin besar peluangnya untuk sukses di masa depan.
***
*) Oleh: Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |