TIMES SURABAYA, JAKARTA – Pengamat politik Hendri Satrio menyampaikan kritik sekaligus saran kepada Presiden Prabowo Subianto terkait pola komunikasi pemerintah.
Menurutnya, media massa masih menjadi jembatan terbaik antara pemerintah dan masyarakat, bukan influencer yang belakangan kerap diandalkan.
Hal ini ia sampaikan dalam kanal YouTube Hendri Satrio Official, Minggu (31/8/2025). Video berdurasi 9 menit 31 detik itu telah ditonton lebih dari 10 ribu kali.
Hendri menilai, pengalaman pemerintahan selama ini menunjukkan bahwa komunikasi dengan media kerap terabaikan.
“Saya ngajuin dua lah solusinya. Pertama, Pak Prabowo musti berkomunikasi secara intens dengan para jurnalis di media massa. Karena dengan kondisi saat ini, media massa lah yang bisa menenangkan masyarakat atau rakyat,” kata Hendri.
Menurutnya, sejak era Presiden Joko Widodo hingga kini di masa Prabowo, media seolah-olah dikesampingkan.
“Selama ini memang penguasa, dari zaman Pak Jokowi kemudian sekarang diteruskan Pak Prabowo, seolah-olah seperti melupakan media massa sebagai kekuatan, lembaga, atau wadah yang bisa menghubungkan komunikasi antara publik, pemerintah dengan penguasa,” ujarnya.
Hendri mengkritik kebiasaan pemerintah yang lebih sering melibatkan influencer ketimbang media dalam berbagai agenda.
“Selama ini kan terlalu percaya dengan influencer. Influencer diundang ke IKN, ke istana. Nah kalau kondisinya sudah seperti ini, para influencer pasti tidak akan bersuara. Mereka akan nyelametin diri masing-masing, takut rumahnya digeruduk. Jadi mereka pasti akan diam saja, dan akhirnya Pak Prabowo juga ditinggalkan, nggak dibantuin,” tegasnya.
Ia pun menegaskan pentingnya momentum saat ini untuk memperbaiki hubungan dengan media massa. “Makanya saya sih ini jadi momentum penting dan terbaik untuk memperbaiki hubungan atau komunikasi pemerintah dengan media massa,” lanjutnya.
Lebih jauh, Hendri menyinggung kondisi industri media yang juga terdampak. Misalnya mereka kena PHK, kan pemerintah tidak ada yang berarti buat mereka. Terus industrinya kembang-kempis, justru diminta lebih bersaing dengan media sosial.
"Lah kalau situasinya seperti ini, kan lembaga atau media massa itu menjadi jembatan yang sangat penting antara pemerintah dengan publik. Dan maaf-maaf, tidak bisa ngandelin influencer lagi,” kata dia.
Usul Libatkan Ormas dan Tokoh Bangsa
Selain memperkuat hubungan dengan media, Hendri juga menyarankan agar pemerintah menjalin komunikasi intens dengan organisasi kemasyarakatan. Namun ia menilai hal itu harus dilakukan secara hati-hati.
“Kedua, Pak Prabowo mungkin bisa komunikasi intens dengan ormas. Tapi dengan konsesi tambang itu membuat citra mereka bagian dari pemerintah. Padahal lagi-lagi saat ini pemerintah membutuhkan jembatan komunikasi dengan rakyat,” ucapnya.
Ia bahkan mengusulkan agar Prabowo mengundang tokoh-tokoh bangsa untuk duduk bersama.
“Saya usul Pak Prabowo segera mengundang para tokoh bangsa seperti mantan presiden Megawati, SBY, Jokowi, para wakil presiden, Tri Sutrisno, Jusuf Kalla, Boediono untuk urun rembuk kira-kira permasalahan negeri ini bagaimana solusinya. Karena saya yakin mereka punya masukan terbaik,” tutur Hendri.
Hendri juga mengkritik para pembantu presiden yang dinilai kurang memberikan solusi konkret. “Saya tulis di X mempertanyakan kenapa ratusan pembantu presiden tidak ada yang memberikan solusi jitu untuk permasalahan hari ini. Ya mohon maaf kalau ndak berkenan, itu pertanyaan saya sebagai rakyat,” tegasnya.
Saran Pejabat Tidak ke Luar Negeri
Selain dua poin utama, Hendri juga memberi “bonus solusi”. Menurutnya, di tengah situasi yang sensitif, pejabat negara sebaiknya menahan diri untuk tidak bepergian ke luar negeri.
“Jadi stay di sini bersama rakyat. Jangan sampai tagar kabur dulu itu digunakan oleh pejabat termasuk direksi dan komisaris BUMN. Apalagi mereka jadi direksi atau komisaris karena rakyat yang membesarkan mereka. Sehingga rakyat dan para pejabat itu merasa satu rasa, satu nasib,” ungkap Hendri.
Ia menegaskan, ketika rakyat menghadapi kesulitan, para pejabat semestinya juga menunjukkan empati yang sama. “Kalau rakyat perutnya lapar, ya minimal pejabatnya juga dicitrakan punya rasa seperti mereka. Jadi kalau pejabat ke luar negeri, menurut saya jangan dulu sampai kondisi benar-benar kondusif,” imbuhnya.
Hendri berharap pemerintah segera memperbaiki komunikasi dengan berbagai pihak, terutama media massa. “Saya harapkan betul antara pemerintah Pak Prabowo dengan media massa itu lebih erat lagi. Ini harus menjadi pelajaran penting bahwa hari ini media massa masih menjadi jembatan terbaik,” ujarnya.
Ia pun menutup pernyataannya dengan doa untuk Indonesia. “Mudah-mudahan kita semua dilindungi oleh Allah. Bagi masyarakat yang masih kecewa mudah-mudahan teredam.
"Dan saya rasa sudah saatnya anggota dewan besok berkantor dan berkomunikasi kembali dengan rakyat dengan baik supaya dengan mendengar suara rakyat mereka lebih memahami bagaimana rasa sebagai rakyat, merasakan kondisi perut rakyat selama ini. Jaya terus Indonesia, maju terus, dan damai Indonesia,” kata Hendri.
Sejumlah warganet juga merespons positif pernyataan Hendri di kolom komentar YouTube. Mereka menilai saran tersebut sebagai masukan konstruktif untuk memperbaiki pola komunikasi pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pengamat Sarankan Prabowo Perbaiki Hubungan dengan Media, Tak Hanya Andalkan Influencer
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |