https://surabaya.times.co.id/
Kopi TIMES

Menjadi Pahlawan Masa Kini

Sabtu, 09 November 2024 - 13:08
Menjadi Pahlawan Masa Kini Dr. Daris Wibisono Setiawan, S.S, M.Pd, Kepala SMKN 1 Klabang Kabupaten Bondowoso

TIMES SURABAYA, BONDOWOSO – Rekam jejak sejarah panjang perjalanan Bangsa Indonesia mencapai gerbang kemerdekaan tentunya tidak jatuh gratis dari langit, semuanya membutuhkan perjuangan dahsyat yang begitu panjang. Nilai-nilai karakter mewarnai segala bentuk perjuangan, mulai dari perjuangan fisik maupun perjuangan diplomasi. 

Semangat nasionalisme dan patriotisme, religius, cinta tanah air, rela berkorban tanpa pamrih dalam semangat persatuan dan kesatuan adalah identitas para pahlawan yang harus menjadi inspirasi dan teladan.

Sejarah bangsa mencatat dengan tinta emas bahwasannya peristiwa 10 November 1945 merupakan peristiwa heroik yang menentukan eksistensi bangsa Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaan yakni 17 Agustus 1945. Andaikan saja para santri dan arek-arek Suroboyo tidak melakukan perlawanan kepada NICA, maka kemerdekaan Indonesia yang baru seumur jagung tidak akan pernah mendapatkan legitimasi dari negara-negara dunia. 

Fakta sejarahnya, perang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan tersebut pada akhirnya menjadi icon perjuangan bangsa Indonesia karena merupakan salah satu pertempuran besar yang pernah terjadi dalam sejarah revolusi nasional Indonesia. 

Pertempuran dahsyat yang berlangsung selama tiga minggu tiga hari tersebut mampu memecahkan rekor dunia, dengan tewasnya Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby dan juga Brigadir Jenderal obert Guy Loder Symonds. Sejarah baru tercipta dalam pertempuran Surabaya tersebut yang akhirnya mengguncangkan dunia internasional dengan tewasnya dua jenderal tersebut dan tidak pernah terjadi sebelumnya pada peperangan di belahan dunia manapun. 

Meski faktanya perlawanan santri dan arek Suroboyo itu bisa ditaklukkan, namun menjadi kemenangan strategis dan psikologis santri dan arek-arek Suroboyo dan pada akhirnya kedaulatan kemerdekaan Indonesia tetap tidak tergoyahkan. 

Berebut menjadi pahlawan bagi generasi milenial tentunya adalah aksi positif, mengingat pahlawan tidak dibatasi dimensi ruang dan waktu tertentu, kehadirannya dibutuhkan sepanjang hayat kehidupan manusia. 

Jadi, kesempatan menjadi pahlawan terbuka bagi siapa saja dalam rangka menciptakan perubahan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik. Upaya menciptakan perubahan tersebut bisa dilakukan oleh siapapun dengan semangat perjuangan, pengorbanan dan pengabdian yang ikhlas tanpa pamrih. 

Jenderal Soedirman telah meneladankan bagaimana kondisinya yang sedang sakit dengan tongkat di tangan dan keris pusaka terselip di pinggang, istri yang sedang mengandung ditinggalkannya bersama enam orang anaknya yang masih kecil untuk terus bergerilya. Pengorbanan founding fathers Bung Karno dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan juga merupakan potret pahlawan yang luar biasa. 

Penjara Banceuy, lapas Sukamiskin, pengasingan Ende-Flores, pengasingan Bengkulu di rumah Tan Eng Cian, pengasingan Berastagi-Sumatera Utara, pengasingan Parapat, dan pengasingan pulau Bangka menjadi saksi bisu bagaimana pengorbanan Bung Karno. Begitu juga dengan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa lainnya dalam rangka merebut hingga mempertahankan kemerdekaan Indonesia wajib menjadi inpirasi/teladan bagi generasi milenial. 

Momentum peringatan hari pahlawan 10 November 2024 dengan mengusung tema besar Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu melambangkan semangat untuk terus meneladani perjuangan para pahlawan. Selain itu, tema ini juga merepresentasikan sifat keberanian, pengorbanan, cinta negara, serta semangat juang untuk selalu meneruskan cita-cita para pendiri bangsa. 

Refleksi menjadi kunci awal khususnya bagi generasi muda untuk bisa menggali makna nilai-nilai karakter para pahlawan dan selanjutnya berkomitmen untuk terbentuknya jati diri baru bagaimana menjadi pahlawan masa kini. Salah satu caranya adalah dengan model refleksi Situasi-Makna-Aksi yang dikembangkan oleh Terry Borton. 

Singkatnya, model refleksi Situasi-Makna-Aksi tersebut adalah bagaimana kecerdasan kita untuk menjawab pertanyaan dari tiga tahap tersebut yakni; Apa yang terjadi? Apa pelajaran yang saya dapat? Apa yang harus saya lakukan sekarang?

Tiga pertanyaan ala Terry Borton tersebut bisa dilakukan oleh para generasi milenial agar bisa menjelma menjadi pahlawan masa kini. Aksi pahlawan yang tak lagi menggunakan otot tapi otak, yang bukan suka memukul tapi merangkul serta mempunyai kebermanfaatan besar bagi sekitarnya. 

Perang yang tersaji bagi pahlawan masa kini adalah perang melawan narkoba, mereduksi dekadensi moral karakter generasi bangsa, menjaga eksistensi budaya bangsa, penjaga toleransi di atas takdir keberagaman, perang melawan segala bentuk ketimpangan dan ketidakadilan, perang melawan korupsi, dan perang-perang terhadap perilaku menyimpang lainnya. 

Selamat hari Pahlawan, ayo bersama Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu dan jadilah pahlawan masa kini.     

***

*) Oleh : Dr. Daris Wibisono Setiawan, S.S, M.Pd, Kepala SMKN 1 Klabang Kabupaten Bondowoso.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.