TIMES SURABAYA, PACITAN – Berbekal gotong royong ala Indonesia, pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di Pacitan berjalan mulus tanpa celah.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan (Dindik) Pacitan, Wahyono, bersyukur ANBK di daerahnya berlangsung lancar dan tanpa gangguan berarti. “Alhamdulillah, berjalan lancar,” katanya singkat tapi padat, Rabu (13/11/2024).
Tak hanya mengandalkan doa dan harapan, Wahyono menyebut Dindik sudah mempersiapkan segala sesuatunya hingga ke hal-hal teknis yang kadang suka bikin kening berkerut, seperti stabilitas listrik dan koneksi internet.
Untuk ini, Dindik menggandeng PLN serta penyedia layanan internet, memastikan tak ada pemadaman listrik atau gangguan jaringan.
“Karena menggunakan sarana listrik dan internet, kita sudah kerja sama dengan PLN dan penyedia jaringan internet agar tidak ada pemadaman listrik dan internet berjalan baik,” imbuh Wahyono.
Melibatkan 5.142 siswa dalam dua tahap pelaksanaan, ANBK di Pacitan berlangsung penuh percaya diri.
Tahap pertama dilaksanakan 28-31 Oktober 2024, sedangkan tahap kedua pada 4-7 November 2024.
Semua berjalan tanpa kendala berarti, seakan membuktikan bahwa kerja sama antarlembaga memang kunci kesuksesan.
Dalam ANBK kali ini, yang diuji bukan hanya keterampilan siswa, tetapi juga ketangguhan teknologi di Pacitan.
Dari sinyal internet hingga daya listrik, semua dipastikan berjalan prima. Di balik layar, tim teknis PLN dan penyedia internet tak kalah sibuk memastikan semuanya lancar. Inilah gotong royong gaya baru—saling bahu-membahu demi kelancaran asesmen.
Menakar Kualitas Lewat ANBK
ANBK adalah panggung yang berbeda dari Ujian Nasional (UN) yang telah resmi dihapuskan. Kalau UN dulu berorientasi pada penilaian per siswa sebagai syarat kelulusan, ANBK lebih “membumi”. Ia hadir untuk memetakan mutu pendidikan di seluruh negeri, mengukur kemampuan literasi dan numerasi siswa, serta menilai iklim pendidikan di sekolah.
Inilah Bedanya ANBK dengan UN
1. Tujuan
ANBK bertujuan untuk melihat mutu pendidikan dari sudut pandang lebih luas: apakah sekolah-sekolah di Indonesia telah memberikan pendidikan yang sesuai harapan? Berbeda dengan UN yang lebih ke “hasil akhir” siswa.
2. Peserta
Peserta ANBK dipilih secara acak, hanya beberapa siswa kelas 5 yang mewakili sekolah. Bandingkan dengan UN yang wajib diikuti oleh semua siswa di tingkat akhir SD, SMP, dan SMA.
3. Materi
ANBK hanya menguji literasi, numerasi, serta karakter dan suasana belajar, sementara UN mencakup mata pelajaran utama sesuai kurikulum.
4. Pengaruh pada Kelulusan
Nilai ANBK tidak menentukan kelulusan siswa. ANBK adalah upaya memetakan dan memperbaiki kualitas pendidikan. UN sebelumnya menjadi syarat utama kelulusan.
5. Pelaksanaan dan Teknologi
ANBK dilaksanakan secara digital. Ini menguji pula ketangguhan fasilitas teknologi di tiap daerah. UN sebelumnya dilakukan secara tertulis atau digital hanya di beberapa sekolah.
6. Status Terkini
UN sudah tiada sejak 2020, sementara ANBK tetap berjalan sebagai salah satu instrumen evaluasi pendidikan.
Melihat Masa Depan Pendidikan di Pacitan
Keberhasilan ANBK di Pacitan tahun ini menjadi bukti bahwa kualitas pendidikan di daerah ini terus mengalami perbaikan. Wahyono berharap, ANBK bisa menjadi tolok ukur kualitas sekolah secara keseluruhan.
Dengan adanya data ANBK, diharapkan pihak sekolah dan Dindik bisa lebih memahami di mana posisi mereka saat ini dan bagaimana langkah ke depan untuk meningkatkan mutu.
Kerja sama dengan PLN dan penyedia layanan internet adalah cerminan baru dari gotong royong era digital. “Harapannya, dengan ANBK ini, kita bisa dapat gambaran kondisi pendidikan kita, sekaligus menjadi dasar untuk pembenahan,” pungkas Wahyono.
Demikianlah, tanpa gaduh, tanpa gegap gempita, pelaksanaan ANBK di Pacitan tahun ini berjalan lancar. Mungkin ini juga menjadi penanda bahwa teknologi, ketika dijalankan dengan kolaborasi yang baik, bisa menjadi sahabat pendidikan, bukan lagi hambatan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: ANBK di Pacitan Lancar Jaya, Tanpa Kendala Berkat Gotong Royong
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |