TIMES SURABAYA, BONDOWOSO – Ulama Yaman, Habib Salim Assyatiri sosok maha guru yang memiliki gelar sulthonul ilmi.
Habib Salim Assyatiri lahir di Kota Tarim, Yaman, pada tahun 1357 H, atau sekitar tahun 80-an.
Habib Salim dikenal sangat cinta terhadap ilmu, hal ini terbukti pada tahun 1376 H, guru panutan tersebut pergi ke Mekkah dan menuntut ilmu dari para ulama di sana.
Diantaranya Sayyid Alwi Bin Abbas Al-Maliki (ayah Abuya As Sayyid Muhammad), Syaikh Hasan Massyath, Syaikh Hasan Said Yamani, Syaikh Zaini Boyan Al-Jawi, Syaikh Abdullah Dardum Al-Jawi, Syaikh Yasin Al-Fadani dan sejumlah ulama lainnya.
Meskipun sudah wafat pada 17 Februari 2018 silam, pesan hikmah dan ilmu Habib Salim Assyatiri terus mengalir hingga kini.
Tidak hanya di Yaman saja, pemikiran dan ilmu hikmah penghafal ribuan kitab tersebut juga dipelajari di berbagai daerah di Indonesia. Sebab tidak sedikit pelajar Indonesia di Yaman menuntut ilmu secara langsung kepada ulama tersebut.
Salah satu muridnya adalah pimpinan Pondok Pesantren Nurut Taqwa Cermee Kabupaten Bondowoso saat ini, KH Nawawi Maksum.
Haul Habib Salim Assyatiri juga diperingati di berbagai daerah di Indonesia. Termasuk oleh KH Nawawi Maksum, yang diperingati setiap tahun di kediamannya.
Tahun ini Haul Habib Salim digelar bersamaan dengan haul pendiri Pondok Pesantren Nurut Taqwa, KH Ahmad Ma'shum Zainullah, dan Nyai Hj Raudlatul Hayati, Senin (23/1/2023) malam.
Informasi dihimpun, jemaah yang hadir dalam haul tahun ini sekitar 20 ribu orang, dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Berbagai rangkaian acara dilaksanakan. Diantaranya pembacaan manaqib atau sejarah singkat Habib Salim dan KH Ma'shum.
Kemudian lantunan salawat nabi yang dipimpin oleh Pengasuh Pondok Pesantren Genggong, KH Moh Hasan Maulana.
Indonesia Raya dan Yalal Wathon menggema di haul Habib Salim Assyatiri
Ada yang berbeda dalam dalam haul kali ini. Sebab KH Moh Hasan Maulana saat memimpin sholawat, tiba-tiba menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Puluhan ribu jemaah yang hadir pun spontan ikut menyanyikannya. Lagu Indonesia Raya yang ditulis WR Soepratman tersebut langsung menggema.
Tidak hanya itu saja. Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut Dr. Ali Masykur Musa.
Di tengah-tengah menyampaikan materi, dia mengajak ribuan jemaah menyanyikan lagu Yalal Wathon.
Lagu ini sebagai ekspresi cinta tanah yang selalu dinyanyikan warga Nahdlatul Ulama. Lagi-lagi jemaah mengikuti secara spontan.
Dr. Ali Masykur Musa memaparkan, bahwa Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu benteng terkuat keutuhan NKRI.
Menurutnya, NU sebentar lagi akan merayakan 100 tahun atau satu abad usia berdirinya. "Nanti perayaan satu abad NU dirayakan di Sidoarjo," kata dia.
Menurut Mantan Ketua Umum PB PMII, NU adalah organisasi keagamaan yang ikut serta memikirkan keamanan dan keutuhan NKRI.
Jadi kalau negara susah NU juga ikut memikirkan. Tidak seperti kelompok radikal anti NKRI yang tidak mau tahu tentang bangsa ini.
"Sebab mereka beranggapan bahwa dirinya muslim yang kebetulan tinggal di Indonesia, sehingga kalau perlu akan menghapus Pancasila," tegas mantan Ketua GP Ansor Jember ini.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak wali santri untuk berhati-hati memondokkan anaknya.
"Pilih pesantren yang berpegang teguh pada ahlussunnah wal jamaah, dan cinta tanah air. Jangan sampai salah," imbau dia.
Pantauan di lokasi, hadir dalam Haul Habib Salim Assyatiri tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Genggong KH Moh Hasan Maulana, Dirintelkam Polda Jatim Kombes Pol Dekananto Eko Purwono, Dr. Ali Masykur Musa, Kapolres se-tapal kuda, sejumlah tokoh ulama, dan pejabat negara.(*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Faizal R Arief |