TIMES SURABAYA, SURABAYA – Masyarakat kota atau urban society dalam dua dekade ke depan akan terus tumbuh dan mendominasi struktur demografi di Indonesia, bahkan akan tembus di atas 70 persen pada 2045.
Di sisi lain, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, masyarakat Indonesia menunjukkan tingkat religiusitas yang tinggi dan dan semakin membutuhkan layanan pendidikan Islam yang selain berkualitas, tapi juga sehat (healthy), aman (safety) dan nyaman (comfortable).
Pendidikan pesantren perlu secara serius menangkap peluang dan tren bagus ini dengan meningkatkan kapasitas, memahami persepsi pasar dan mengenalkan layanan pendidikan Islam sesuai permintaan masyarakat kota tersebut.
Demikian poin penting hasil gathering 13 pesantren ternama yang dikemas dalam Focused Group Discussion (FGD) Layanan Sekolah Islam Modern, di salah satu hotel Kawasan Tunjungan, Surabaya pada Jumat (19/9/2025) lalu.
Sejumlah pengasuh dan pimpinan yayasan hadir mewakili pesantren, sebagaimana Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo, Pesantren Trensains Tebuireng Jombang, Pesantren Ar Risalah Lirboyo Kediri, Afkaruna Yogyakarta, Amanatul Ummah Mojokerto, dan Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Juga hadir, Pesantren Al Aqobah, Jombang, Bumi Cendekia Yogyakarta, Bahrul Huda, Tuban, Fadhlul Fadhlan Semarang, Mabadi’ul Ihsan Banyuwangi, Ar Rifa’ie Gondanglegi Malang, serta Pesantren Bayt Al Hikmah Pasuruan yang bertindak sebagai inisiator dan fasilitator gathering.
KH. Idris Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah dan Pesantren Bayt Al Hikmah Pasuruan hadir memberikan dukungan dan arahan.
Di akhir forum, ketigabelas pesantren bersepakat membangun sinergi dan jejaring penyedia layanan pendidikan Islam untuk masyarakat urban.
Direktur Pendidikan PP Bayt Al Hikmah, KH Ahmad Nailur Rohman atau akrab dipanggil Gus Amak mengatakan, FGD ini berangkat dari fakta bahwa telah telah terjadi perubahan signifikan di masyarakat yang secara sosiologis melahirkan fenomena baru, khususnya tentang persepsi dan kebutuhan pada layanan pendidikan untuk anak-anaknya.
Beberapa pesantren, lanjutnya, telah mengantisipasinya dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam modern, namun perubahan perilaku pasar dan perkembangan kompetisi layanan pendidikan modern mengharuskan pesantren menata dan merumuskan strategi bersama agar bisa memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap pendidikan modern keislaman.
"Gathering ini adalah titik awal dari jalinan komunikasi yang berkelanjutan untuk memperkuat sinergi dan gerakan kolektif untuk memperkuat peran masing-masing pesantren di arena masyarakat urban kelas menengah ke atas dengan kajian-kajian berbasis data, sharing pengalaman, saling menguatkan SDM dan disertai strategi media yang lebih terencana," tambahnya.
Gus Amak yang juga Ketua PCNU Kota Pasuruan ini menuturkan, untuk membaca perubahan perilaku masyarakat kota, pihaknya mengadirkan Hari Nugroho, Senior Researcher pada Alvara Research.
Hari mengatakan, survey pasar terkait Muslim Urban Market dan tren anak muda dan klas menengah. Sementara itu, TV9 Nusantara juga dihadirkan untuk menfasilitasi dan mendampingi perumusan strategi komunikasi, positioning, branding hingga aktivasi yang harus dilakukan.
"Syukur Alhamdulillah, forum ini telah terlaksana dengan menghasilkan banyak diskusi dan tukar pengalaman dan akan dilanjutkan dengan elaborasi strategi branding yang insyaAllah akan digelar di Yogyakarta bulan oktober mendatang," tambah cucu Kiai Abdul Hamid Pasuruan ini.
Sementara itu, Hari Nugrohi dalam presentasinya menampilkan hasil survey terbaru tentang persepsi dan ekspektasi masyarakat kota kepada lembaga pendidikan Islam dan bentuk layananan prioritas yang perlu disediakan pesantren.
Menurutnya, pasar musim urban menghendaki layanan pendidikan pesantren yang lebih urban friendly dan modern, dimana pendidikan agama menjadi perhatian khusus namun bisa menjamin anak-anaknya tembus di perguruan tinggi negeri dan favorit internasional.
"Tidak hanya qualified, ketika ditanya aoa yang harus disiapkan pesantren, muslim urban menjawab butuh pesantren dengan lingkungan yang sehat, fasilitas yang nyaman serta aman dari bullying dan berbagai abcaman kekerasan terhadap anak," kata Hari.
Mengenai fasilitas pesantren yang paling dicari, Hari menyebut Survey Alvara menyebut ketersediaan klinik kesehatan, perpustakaan dan fasilitas MCK menjadi tiga prioritas yang paling diharapan bisa tersedia di Pesantren.
Pihaknya merekomendasikan pesantren berkonsentrasi menyambut kebutuhan masyarakat kota, dengan meningkatkan kapasitas sebagai sekolah Islam yang bersaing dengan sekolah negeri atau sekolah boarding school lainnya.
"Pesantren hibrid, dalam artian memadukan pendidikan karakter Islam ala pesantren dan sekolah Islam modern dambaan masyarakat kota adalah pilihan terbaik, apalagi bisa berjejaring sesuai karakteristik pesantren secara efektif dan setara," pungkasnya.
Sebelum menyimak hasil survey persepsi dan kebutuhan masyarakat akan sekolah Islam, semua peserta menyampaikan sharing pengalaman mendirikan dan mengelola lembaga serta harapan terhadap forum ini.
Nyai Hajjah Ainaul Mardliyah Anwar, Pengasuh Pesantren Ar Risalah Lirboyo Kediri menyampaikan, pondok pesantren sudah saatnya menata diri, meningkatkan kualitas pendidikan serta menunjukkan dan menawarkan keunggulannya pada masyarakat luas, termasuk masyarakat kota.
Setiap pesantren harus mampu membuka diri, menyesuaikan perubahan dan perkembangan serta saling mendukung antar pesantren.
"Memang tidak mudah, namun dengan semangat fastabiqul khairat insyaAllah semua bisa diraih, buktinya Arrisalah Lirboyo bisa dan menghasilkan alumni yang menyebar di berbagai perguruan tinggi, profesi, dan instansi," tambahnya. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |