TIMES SURABAYA, MEDAN – Seperti metropolitan pada umumnya, ketika memasuki pusat Kota Medan, kita akan disambut oleh deretan bangunan tinggi dan jalanan besar. Namun, dengan sedikit saja melipir ke kawasan Jl. Pusat Pasar, suasana terasa sedikit berbeda.
Di sana, terdapat sebuah pasar tradisional yang menjadi salah satu tempat pemenuhan kebutuhan bagi warga kalangan menengah ke bawah. Riuh para pedagang yang saling bersahutan satu sama lain menghidupkan nuansa sekitar sekaligus mencerminkan wajah medan yang sesungguhnya.
Beragam makanan, kebutuhan sandang, sampai perlengkapan lainnya menambah semarak tempat belanja tersebut.
Perpaduan antara pasar tradisional dan modern ini terbilang cukup unik. Pengunjung bisa mencuci mata untuk melihat berbagai makanan dengan harga murah meriah di luar bangunan Pusat Pasar.
Bila matahari mulai terik, kita bisa memasuki gedung pasar tradisional tersebut untuk sekedar melihat atau membeli berbagai pakaian, sepatu, kain, serta kebutuhan lain di tiap-tiap kiosnya.
Proses tawar menawar menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan belanja di pasar tradisional. Pengunjung harus lihai dalam hal ini untuk mendapatkan harga terbaik.
Biarpun melelahkan, pengalaman ini justru menghadirkan kesan tersendiri. Terlebih lagi, para pedagang dengan logat Medan yang blak-blakan sering kali membuat suasana menggelitik dan mengundang tawa.
Jika ingin istirahat ke tempat yang sejuk, pengunjung dapat beralih ke gedung Medan Mall yang tepat berada di sampingnya.
Pusat pasar atau dikenal sebagai Pajak Central adalah salah satu pasar besar di Medan yang dibuka sejak tahun 1933. Posisinya dekat dengan Medan Mall. Sebelum dibangun, bahkan kawasan ini awalnya menjadi arena pacuan kuda oleh masyarakat pada era kolonial.
Seiring waktu, keberadaan Pasar Pusat berkembang menjadi jantung perekonomian bagi pelaku usaha UMKM di Medan. Meskipun bangunan pasar ini mengalami kebakaran pada tahun 1971 dan 1978, Pemerintah Daerah sigap membangun kembali gedung baru sebagai pengganti.
Tidak lama kemudian, berdirilah Medan Mall yang membuat kedua bangunan tersebut dihubungkan. Hal itu dimaksudkan agar memudahkan para pengunjung jika ingin berpindah dari satu bangunan ke bangunan lainnya.
Salah satu pedagang baju batik di Pasar Pusat Medan, Mardonna (41) memiliki harapan besar terhadap masyarakat untuk meramaikan tempat pembelanjaan ini sebagai jantung bagi pengusaha UMKM.
“Kalau bukan masyarakat, siapa lagi untuk membantu ekonomi bawah ini? Kita juga harus menghidupi atau mempunyai karyawan yang butuh digaji. Kita bantu dalam membuka lapangan kerja. Jadi, mengapa mesti beli barang-barang online? Kalau belanja di sini, perputaran uangnya tetap di Medan, untuk UMKM kita dan bisa menmabah pendapatan daerah juga,” ujarnya.
Selain itu, Mardonna juga menyoroti kondisi fisik pasar agar pemerintah lebih memperhatikan.
“Kalau untuk usaha ini, saya berharap pemerintah kembali memperhatikan. Dirapikan lagi, dibagusin lagi keramik-keramik yang sudah rusak, terus ditata ulang tempat penjualannya supaya lebih bagus. Jadi pembeli nyaman, pedagang pun juga nyaman.”
Meski demikian, Pemerintah Kota Medan telah menyiapkan rencana revitalisasi Pasar pusat agar kondisinya jauh lebih baik dan nyaman bagia semua pedagang maupun pengunjung. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pusat Pasar Medan, Riuh Tawar-menawar dengan Logat Blak-blakan
| Pewarta | : Siti Nur Faizah |
| Editor | : Deasy Mayasari |